Subscribe:

Footer Widget 1

Texts

Pages

Blogger Tricks

Recent Post

Slider(Do not Edit Here!)

Navigation (Do not Edit Here!)

Thursday, September 8, 2011

Peringatan International Hijab Solidarity Day Sumbar

Hijab bukan sekedar aksi tanpa reaksi,
tapi ia menajam dalam hati.
Saudariku, jadilah wanita pembangun peradaban
yg kelak memberikan kntribusi utk agama, bangsa dan negara.

TEPAT 4 September 2011, Muslimah di dunia memperingati International Hijab Solidarity Day (IHSD). Hijab, ya itulah tema besar peringatan ini. Persoalan yang sampai sekarang masih kontroversial di dunia barat karena begitu banyak penolakan dan diskriminasi kepada muslimah terhadap privasi & tuntutan agama mereka untuk mereka menutup aurat.

Tak hanya di dunia barat, di kalangan muslim pun pemahaman ber-hijab pun masih belum sempurna. Namun, kita akan melihat latar belakang dari peringatan ini sekaligus dasar hukum juga harapan kedepan terhadap muslimah.

Latar Belakang

International Hijab Solidarity Day (IHSD) ini dilatarbelakangi oleh adanya keputusan pemerintah London yang melarang mahasiswa untuk memakai simbol-simbol keagamaan, sehingga banyak warga muslim yang memprotes keputusan ini.

Hal ini tentu aja menyulitkan muslimah untuk menutup aurat secara sempurna. Karena itu, pada tanggal 4 september 2004 diadakanlah konferensi London yang dihadiri oleh Syeikh Yusuf Al Qardawi, Prof Tariq R. dan juga 300 delegasi dari 102 organisasi Inggris International, ynag kemudian menghasilkan keputusan :

1. Menetapkan dukungan terhadap penggunaan jilbab
2. Penetapan tanggal 4 september sebagai hari solidaritas jilbab
internasional (IHSD)
3. Rencana aksi untuk tetap membela hak muslimah untuk
mempertahankan busana takwa mereka.

Selain itu IHSD diperingati untuk mengenang Marwa Al-Sharbini, seorang muslimah asal Mesir yang dibunuh oleh seorang pemuda Jerman keturunan Rusia di ruang sidang kota Dresden, Jerman awal Juli lalu.

Abeer *Ketua Assembly for the Protection of Hijab, mengatakan, Marwa Al-Sharbini adalah seorang martir bagi perjuangan muslimah yang mempertahankan jilbabnya. "Ia menjadi korban Islamofobia, yang masih dialami banyak Muslim di Eropa".

Dasar Hukum

Al-Hijab berasal dari kata hajaban yang artinya menutupi, dengan kata lain al-Hijab adalah benda yang menutupi sesuatu, menurut al-Jarjani dalam kitabnya at-Ta'rifat mendefinisikan al-Hijab adalah setiap sesuatu yang terhalang dari pencarian kita, dalam arti bahasa berarti man'u yaitu mencegah, contohnya: mencegah diri kita dari penglihatan orang lain.

Allah SWT dengan tegas telah menyampaikan dalam firmannya memerintahkan kaum wanita untuk menggunakan hijab :

"Dan katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluan-nya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya." (Q.S An-Nur: 31)

"Hai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mu'min: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." (Q.S. Al-Ahzab: 59)

Rasulullah SAW bersabda: "Wanita itu aurat" maksudnya adalah bahwa wanita harus menutupi tubuhnya. Ya, wanita adalah aurat. Setiap bagian tubuh wanita adalah daya tarik bagi lawan jenisnya. Baik itu secara anatomis/fisik, maupun pola tingkah laku dan cara bersikap.

Di Indonesia, sudah ada aturan sendiri tentang jilbab. Aturan itu ada di SE Depdiknas No.1177/C/PP/2002 tentang Legalisasi Jilbab dan Pasfoto bagi siswa SD dan Menengah. Selain itu, masih ada SK Dikti No.1928/D/C/2002 tentang Pasfoto berjilbab.

Hijab adalah iffah, hijab adalah kesucian, hijab itu adalah taqwa, hijab adalah iman, hijab itu adalah rasa malu. Jadi, tidak ada alasan dari seorang wanita muslimah untuk tidak menjaga hijabnya.

Oleh karena itu, dalam peringatan tahun ini Forum Silaturahim Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK) Sumbar untuk mengikuti aksi IHSD (International Hijab Solidarity Days) yang dilaksanakan serentak oleh Puskomda FSLDK se Indonesia, pada Sabtu, 10 September. Dimulai pada pukul 09.00 WIB massa akan berkumpul di Lapangan Kantor Gubernur.

Pada saat aksi nanti para Aktivis Dakwah Kampus (ADK) ini menyuarakan kepada masyarkat Kota padang khususnya untuk memakai dan menjaga hijabnya kepada kaum perempuan karena ini menyangkut harkat martabat mereka ditengah masyarakat. Nanti juga akan ada penyebaran jilbab kepada masyarakat Kota Padang.

Islam tidak menjadikan wanita sebagai dagangan murah yang bisa dinikmati setiap pandangan mata. Sungguh perhatian islam terhadap wanita muslimah sangat besar agar mereka dapat menjaga kesuciannya, serta supaya menjadi wanita yang mulia dan memiliki kedudukan yang tinggi.

Dan syarat-syarat yang diwajibkan pada pakaian dan perhiasannya tidak lain adalah untuk mencegah kerusakan yang timbul akibat tabarruj (berhias diri). Inipun bukan untuk mengekang kebebasannya akan tetapi sebagai pelindung baginya agar tidak tergelincir pada lumpur kehinaan atau menjadi sorotan mata.

Keep our "hijab"
Because we a are a "Diamond" and make sure that our shiny always be shine till the end of the time..!

*) Penulis adalah Koordinator Media Center Daerah FSLDK Sumatera Barat

Beda Lebaran Namun Satu Kemenangan Menuju Fitrah

SETELAH satu bulan penuh umat Islam di berbagai penjuru dunia menjalankan ibadah puasa, kini saatnya hari kemenangan itu tiba.

Kegembiraan dan perasaan bahagia menyebar dan dirasakan oleh seluruh umat Islam yang menjalaninya. Namun, hari raya Idul Fitri 1432 H tahun ini begitu meninggalkan kesan mendalam bagi umat islam di Indonesia.

Terlepas dari Ramadhan sebagai bulan dimana dilimpahkannya rahmat, ampunan dan dijauhkannya kita dari api neraka, Ramadhan kali ini diwarnai dengan perbedaan penetapan 1 Syawal oleh pemerintah dan ormas Islam lainnya.

Kejadian ini bukanlah barang baru Indonesia, perbedaan awal Ramadhan dan Syawal menjadi ciri khas islam Indonesia dalam berdemokrasi kalau tidak dibilang perpecahan. Namun, Indahnya Idul Fitri ini tak akan berkurang kalau kita memaknai perbedaan itu sebagai kedewasaan umat dalam berijtihad. Nah, sebelum itu kita akan melihat kenapa perbedaan antara ormas Islam besar yakninya Muhammadiyah dan NU itu terjadi.

Dasar Hukum

Dasar hokum yang dipakai dalam penetapan syawal seperti : Hadits dari Abi Hurairah radhiallahu 'anhu, ia berkata : Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda : "Berpuasalah kalian karena melihatnya (hilal) dan berbukalah karena melihatnya (hilal bulan Syawal). Jika kalian terhalang awan, maka sempurnakanlah Sya'ban tiga puluh hari." (HSR. Bukhari 4/106, dan Muslim 1081)

Perbedaan Penafsiran

Namun keduanya mempunyai penafsiran yang berbeda. NU berpendapat bahwa kata-kata melihat dalam hadis tersebut adalah melihat secara langsung. Namun Muhammadiyah berpendapat bahwa kata liru'yatihi (melihatnya), tidak melulu bermakna melihat dengan mata telanjang. Namun kata ra'a, dapat diartikan berpikir.

Oleh karena itu, mereka menyatakan bah bahwa wa riwayat riwayat-riwayat yang mencantumkan lafadz ra'a, bisa diartikan dengan memikirkan, atau bisa diartikan bolehnya menetapkan awal bulan dengan hisab.

Menggunakan Penafsiran Rasulullah dan Sahabat

Memang Muhammadiyah berdalih bahwa kata-kata ra'a dapat diartikan berpikir yaitu dengan menggunakan hisab. Namun, apakah Rasulullah dan para sahabat menafsirkan seperti itu? Tentu tidak.

Mari kita simak wasiat terakhir Rasulullah, dalam hadits yang diriwayatkan Abu Daud (4607), Tirmidzi (2676), Ibnu Majah (43 - 44), Ahmad, dll : Sabda Rasulullah SAW : 'Saya berpesan kepada kamu supaya sentiasa bertaqwa kepada Allah Azza wajalla serta mendengar dan taat sekalipun kepada seorang hamba yang memerintah kamu. Sesungguhnya orang-orang yang masih hidup di antara kamu akan menyaksikan perselisihan yang banyak. Maka hendaklah kamu berpegang kepada sunnahku dan dan sunnah Khalifah Ar-Rasyiddin Al-Mahdiyyin yang memperoleh petunjuk (dari Allah) dan gigitlah ia dengan gigi geraham kamu (berpegang teguh dengannya dan jangan dilepaskan sunnah-sunnah itu). Dan jauhilah kamu dari pekara-pekara yang diadakan, karena sesungguhnya tiap-tiap bid'ah itu menyesatkan.'

Jadi jika menafsirkan Al-Qur'an dan As-Sunnah seharusnya menggunakan penafsiran Rasulullah dan para Khulafaur Rasyiddin, bukan penafsiran organisasi atau penafsiran perorangan, semuanya akan mudah.

Selain itu pada hadits juga ada kalimat, "Jika awan menghalangi kalian sempurnakanlah tiga puluh hari". Lafadz ini dengan jelas menunjukkan bahwa ru ru'yat berarti melihat dengan mata telanjang, bukan hisab. Sejak kapan ada awan yang dapat menghalangi pikiran?

Mempersatukan Hari dengan Mengikuti Pemerintah

Penjelasan diatas itu baru NU dan Muhammadiyah yang merupakan ormas terbesar di Indonesia. Belum lagi diikuti oleh Persis, Al-Irsyad, Hizbut Tahrir, dll. Setiap ormas memiliki pandangan masing-masing.

Masing-masing ormas seolah merasa punya hak otoritas menetapkan tanggal 1 Ramadhan dan tanggal 1 Syawal. Setidaknya untuk konstituen mereka sendiri. Sesuatu yang tidak pernah terjadi di berbagai negeri Islam lainnya. Di sana, urusan penetapan seperti itu 100% diserahkan pemerintah.

Dasar Hukum : "Barangsiapa menaatiku berarti telah menaati Allah. Barangsiapa menentangku berarti telah menentang Allah. Barangsiapa menaati pemimpin (umat)ku berarti telah menaatiku, dan barangsiapa menentang pemimpin (umat)ku berarti telah menentangku." (HR. Al-Bukhari dan Muslim, dari shahabat Abu Hurairah radhiallahu 'anhu)

Fatwa-Fatwa Kewajiban Mengikuti Hari Raya Sesuai Pemerintah, adalah Fatwa MUI butir ke dua, menyatakan bahwa seluruh umat Islam Indonesia wajib menaati ketetapan Pemerintah RI tentang penetapan awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah.

Perbedaan sangatlah mungkin terjadi kalau seandainya pemerintah sebagai ulil amri (pemimpin) bagi ummat tak mengambil sikap dalam menentukan, awal Ramadhan, Syawal dan Dzulhijah. Karna umat Islam di kalangan bawah yang awam akan saling tuding menuding tanpa pemahaman mereka antar umat islam yang berbeda dalam penetapan 1 Syawal ini.

Namun beda lebaran pada tahun ini, sejatinya umat islam yang telah berpuasa di Bulan Ramadhan dengan melawan hawa nasu, menahan rasa lapar dan haus juga memperbanyak ibadah telah mencapai kemenangan.

Bulan Ramadlan jika kita renungkan dengan jernih merupakan bulan pelatihan untuk kita agar dapat melihat yang suci dalam diri kita. Perputaran hidup yang selama sebelas bulan dijalani perlu dilatih-ulang agar manusia tetap dapat stabil menjaga yang suci dalam dirinya. Itulah sebabnya mengapa Bulan Ramadhan disebut sebagai Bulan Kesucian, karena memang target akhir dari bulan ini adalah supaya manusia dapat kembali suci. Sekotor apapun manusia, asal ia mau kembali ke yang suci, maka jalannya kembali itupun menjadi jalan yang suci.

Maka kemenangan yang didapat setelah sebulan penuh menjalani ibadah puasa yaitu lahirnya kembali manusia-manusia suci yang peka akan kesuciannya dan menyadari apa hakikat dirinya hidup di atas muka bumi ini. Sebagai manusia suci, tujuan hidup utama adalah untuk melakukan pengabdian kepada Allah SWT.

Bukti dari pengabdian tersebut tercermin dari tingkah lakunya sehari-hari. Ia tidak akan diam melihat orang-orang yang meminta tolong di sekitarnya. Ia akan dengan penuh suka cita menolong sesamanya jika dibutuhkan, dan menebar kasih sayang kepada siapapun di atas muka bumi ini. Ia berbuat baik kepada orang yang baik kepadanya maupun yang memusuhinya. Karena ia sadar bahwa hakikat hidup dirinya adalah pengabdian.

*) Koordinator Media Center Daerah Forum Silaturahim Lembaga Dakwah Kampus Sumatera Barat

Menuju Sarasehan Mahasiswa Minangkabau II

Oleh : Edo Andrefson *)

Karakatau madang di hulu, babuah babungo balun.
Marantau bujang dahulu, di rumah paguno balun.

Salah satu falsafah adat dan tradisi yang dipelihara terus menerus oleh pemuda minang, yaitu merantau. Merantau merupakan seni masyarakat minang untuk membangun dan meningkatkan kapasitas. Menambah ilmu, meningkatkan skill, dan memperkaya pengalaman, telah menjadi tujuan besar dalam merantau. Bisa jadi, seseorang akan lebih memahami filosofi 'alam takambang jadi guru' dengan merantau.

Ulama besar Islam, Imam Syafi'i dengan keindahan katanya juga menegaskan tentang pentingnya merantau. Imam Syafi'i mewasiatkan: "Orang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampong halaman. Tinggalkan Negerimu dan merantaulah ke negeri orang. Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan. Berlelah lelahlah, manisnya hidup terasa setelah berjuang. Aku melihat air menjadi rusak karena diam tertahan, jika mengalir menjadi jernih, jika tidak, kan keruh menggenang."

Namun, potensi rantau secara massif belum termanfaatkan dengan baik. Salah satunya adalah potensi kaum terpelajar yang ada di rantau yang dimiliki oleh Sumatera Barat, termasuk mahasiswa. Mahasiwa merupakan salah satu perantau yang saat ini menghiasai kampus-kampus besar di Indonesia. Tak sedikit mahasiswa minang yang menuntut ilmu di kampus besar di Jawa bahkan hingga manca negara.

Keberadaan mahasiswa minang di berbagai kampus ini telah mendorong lahirnya ikatan/forum komunikasi mahasiswa minang di kampusnya masing-masing. Namun, komunikasi antara ikatan mahasiswa dan antar ikatan mahasiswa dan pemerintah provinsi Sumatera Barat masih sangat minim.

Sehubungan dengan hal tersebut, sebagai langkah nyata untuk menghimpun potensi mahasiswa minang, telah dilaksanakan kegiatan 'Sarasehan Mahasiswa Minang 2010' pada 8 September 2010 di Gubernuran Sumatera Barat. Kegiatan ini dihadiri oleh 40 (empat puluh) perwakilan mahasiswa minang yang berasal dari 15 (lima belas) kampus di Indonesia. Yaitu, UI, UGM, ITB, ITS, IPB, Politeknik UI (Jakarta), Universitas Bengkulu, Universitas Gunadarma, USU, Universitas Bengkulu, UPI Bandung, UNAND, UNP, IAIN Imam Bonjol dan UPI Padang.

Sarasehan Mahasiswa Minang 2010 ini menghasilkan kesepekatan untuk membentuk sebuah forum komunikasi ikatan mahasiswa minang yang terdapat di Indonesia bahkan mancanegara dengan nama Keluarga Besar Mahasiswa Minangkabau (KBMM). Melalui forum tersebut diharapkan adanya kesepahaman untuk mengoptimalkan potensi mahasiswa minang sebagai upaya untuk mempercepat pembangunan Sumatera Barat.

Dalam perjalananannya, KBMM berusaha untuk menjalin komunikasi dengan ikatan mahasiswa minang Mesir dan Malaysia. Kini, KBMM telah menjalin komunikasi dengan 30-an ikatan mahasiswa minang di Indonesia dan luar negeri. Sebagai bentuk kepedulian terhadap gempa dan tsunami yang melanda Bumi Sikere Mentawai (25/10) silam, KBMM telah menurunkan tim untuk membuat dokumentasi dan mengabarkan kondisi Bumi Sikere Mentawai melalui www.mahasiswaminangkabau.org dan www.mentawairelief.org.

KBMM juga mengkoordinir ikatan mahasiswa minang se-Indonesia dalam melakukan penggalangan dana. Melalui kegiatan ini, KBMM berhasil mengumpulkan dana sebanyak Rp. 31.557.659,-

Tak terasa sudah satu tahun KBMM menjalankan aktivitasnya. Pada tahun ini, KBMM berencana untuk melaksanakan Sarasehan Mahasiswa Minangkabau II. Pada, Sabtu/27 Agustus 2011, pukul 08.00 s/d 19.00 WIB bertempat di Aula Gubernuran Sumatera Barat. Agenda ini akan dihelat secara akbar dengan menghadirkan perwakilan mahasiswa minang se Indonesia dan manca negara.

Dengan mengangkat tema "Optimalisasi Potensi Mahasiswa Minang Dalam Membangun Nagari". Agenda ini bertujuan membangun silaturahim antar sesama mahasiswa minang se-Indonesia dan luar negeri, mengevaluasi dan merumuskan peran mahasiswa minang dalam pembangunan Sumatera Barat, memperkuat posisi KBMM sebagai satu-satunya forum komunikasi mahasiswa minang se-Indonesia dan luar negeri dan melaksanakan suksesi kepemimpinan KBMM.

Secara garis besar ada dua agenda yang dilaksanakan dalam SMM II yakninya Diskusi Panel yang merupakan diskusi bersama pakar dan tokoh minang bersama mahasiswa minang dengan tema "Optimalisasi Mahasiswa Minang Dalam Membangun Nagari". Kedua, Musyawarah KBMM merupakan agenda pembahasan AD/ART, pergantian kepengurusan, dan merumuskan rancangan program kerja untuk periode kepengurusan berikutnya.

Kedepan setelah terselenggaranya SMM II ini akan mengokohkan KBMM secara struktural dan agar para kaum cadiak pandai ini, bak ibarat pepatah minang Panghulu lantai nagari, cadiak pandai pagaran kokoh, alim ulama suluah bendang, bundo kanduang hiasan kampuang, menjadi salah satu unsur dari tungku tigo sajarangan yang meningkatkan eksistensi KBMM dalam pembangunan Sumatera Barat.

*) Penulis adalah Koordinator Wilayah Sumbar KBMM

Evaluasi Kritis 1 Tahun Pemerintahan Irwan-MK

Oleh : Edo Andrefson *)

TEPAT 15 Agustus 2011 telah berjalannya 1 tahun pemerintahan Sumatera Barat yang dinahkodai Irwan Prayitno-Muslim Kasim. Pemerintah provinsi yang merupakan perwakilan pemerintah pusat di daerah bersama Pemkot dan Pemkab mengoptimalisasikan sumber daya untuk kesejahteraan masyarakat Sumbar.

Janji-janji kampanye begitu manis terasa namun dalam pelaksanaan program begitu banyak kita melihat tidak berjalan semestinya. Sampai setahun ini, kepemimpinan keduanya belum punya gebrakan. Apalagi arah visi dan misi mereka belum jelas hingga setahun ini.

Dengan mengusung visi, "Tewujudnya Sumatera Barat Madani yang Adil, Sejahtera dan Bermartabat". Irwan-MK mengaktuliasasikan visi mereka dalam misi dan program yang dilaksanakan oleh SKPD dan Pemkot/Pemkab se Sumatera Barat. Nah, ini menjadi tolak ukur kita untuk mengevaluasi perjalanan pemerintahan Irwan-MK.

Sebagai bagian dari masyarakat sangatlah penting kiranya adanya evaluasi kritis dalam perjalanan 1 tahun pemerintahan Irwan-MK ini yang akan kita lihat dari prioritas pembangunan Sumbar.

Pertama, mewujudkan Kehidupan Agama dan Adat Budaya Berdasarkan Filosofi ABSSBK.

Sebagai daerah yang mempunyai nilai agama dan adat yang kental yang tertuang dalam filosofi Minangkabau Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah, menjadi Al Quran sebagai pedoman nilai-nilai kehidupan bermasyarakat.

Namun dalam perjalanan pemerintahan Irwan-MK ini kita melihat, tingkat kejahatan di Kota Padang semakin hari semakin mengkuatirkan. Pasalnya, dari rekap akhir tahun yang dirilis Polda Sumbar, selama 2010 angka kejahatan menembus 5.091 kasus (Haluan).

Tawuran pelajar, narkotika, minuman keras, dan pergaulan bebas telah merasuki pikiran dan jiwa generasi muda Sumatera Barat. Sehingga berdampak negatif pada kualitas pelajar dan pemuda. Padahal Sumatera Barat pernah menjadi trend-setter dan pusat pengembangan ilmu pengetahuan serta lahirnya orang-orang besar bagi bangsa ini, sebut saja nama Muhammad Hatta, M. Yamin, Syahrir, Buya Hamka dan sederet tokoh besar lainnya.

Kedua, mewujudkan Tata Pemerintahan dan Sistem Hukum yang Baik.

Dalam mewujudkan Good Governance di Sumatera Barat agar adanya tata pemerintahan yang aspiratif, partisipatif, terpadu dan aparatur daerah yang berkualitas dan profesional. Namun, masih adanya ketimpangan disana-sini.

Seperti yang dikatakan Eka Vidya Putra, "lebih dari 70 persen birokrasi di Sumbar, dinilai tak layak pakai". Begitupun yang dikatakan Irwan prayitno, "Saat ini, 70 persen dari 8.000 PNS di lingkugan Pemprov Sumbar tidak mampu bekerja dan pejabat di lingkungan pemprov ini, membuat terobosan baru dari sekadar kegiatan rutin yang dilakukan setiap hari. Sudah terjadi perubahan di Pemprov Sumbar?"

Birokrasi yang ada masih ingin dilayani daripada melayani. Ini sudah menjadi budaya birokrat kita. Untuk mengubah budaya kerja tidak hanya mengubah sistem, karena itu menyangkut perilaku.

Dalam mewujudkan pelayanan publik prima yang berorientasi pada rakyat, namun kita melihat masih maraknya pungli di banyak instutusi pelayanan publik membuat Kepala Kejaksaan Tinggi Bagindo Fahmi gerah, begitu menerima laporan kalau praktek pungli dilakukan oeh siswa magang di sebuah institusi pelayanan publik di Kota Padang.

Ketiga, mewujudkan SDM yang Berkualitas Tinggi dan Pengembangan SDM Sesuai Potensinya.

Dalam mewujudkan kualitas pendidikan yang baik dan tinggi serta dilandasi moral agama namun kita melihat, hasil ujian nasional (UN) segala tingkat telah diumumkan. Hasilnya, Sumatera Barat (Sumbar) mengkhawatirkan. Karena, sebagai daerah yang mengklaim "industri otak" hanya mampu berada di bawah rata-rata nasional, dengan jumlah peserta tidak lulus sangat tinggi.

Bayangkan, untuk tingkat SLTA berada di posisi empat terakhir dari 33 provinsi di Indonesia. Pun demikian, jika ditilik dari angka rata-rata, nilai kelulusan secara umum masih signifikan-setidaknya dari klaim Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Sumbar.

Hal ini adalah cambuk awal agar Sumbar tidak lagi terlena dengan kejayaan pendidikan masa lalu. Lemahnya prestasi saat ini sebagai motivasi agar dapat mencapai cita-cita masyarakat Minangkabau, memproduki sumber daya manusia (SDM) berkualitas, atau dikenal dengan industri SDM yang kuat.

Dalam mewujudnya derajat kesehatan dan gizi yang tinggi, namun Kota Bukittingi, Sumbar, ini misalnya, disebutkan menurut data Komisi Peduli AIDS (KPA) Sumbar bahwa sudah terdeteksi 144 kasus kumulatif HIV/AIDS yang menempatkan kota itu sebagai nomor dua di Sumbar dengan kasus HIV/AIDS terbanyak setelah Kota Padang. Disebutkan (Padang Ekspres, 23/04-2011).

Keempat, mewujudkan Ekonomi yang Produktif, Kerakyatan dan Budaya Saing Global.

Dalam mewujudnya Sumatera Barat sebagai pusat pertumbuhan ekonomi, namun Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mencatat angka pengangguran di Sumatera Barat (Sumbar) masih tinggi, yaitu 7,4 persen. Angka tersebut di atas rata-rata nasional yang hanya 6,8 Persen.

Selain itu, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sumbar berada pada posisi 9 dari 33 provinsi. Peringkat itu bertahan dari rentang waktu 2005 hingga 2009. Begitu juga tingkat kemiskinan di Sumbar cukup rendah. Yaitu 9,5 persen, Angka tersebut ada di bawah rata-rata nasional yang mencapai 13,3 persen (padangmedia.com).

Beban anggaran belanja pegawai di lingkungan pemprov Sumbar mencapai 70 persen dari total pendapatan daerah. Hal ini dinilai tidak efisien secara penggunaan anggaran.

Seperti pernah ditulis VIVAnews.com, data APBD 2010 (per 25 Juni 2010) dari laman Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan menunjukkan dua kabupaten di Sumatera Barat memiliki belanja pegawai sangat tinggi.

Kabupaten Tanah Datar, porsi belanja pegawai mencapai 74 persen. Total belanja pegawai mencapai Rp378,914 miliar. Sementara itu, kabupaten ini memiliki total pendapatan Rp511,476 miliar dan PAD hanya Rp35,402 miliar. Kabupaten lainnya yaitu Solok dengan total pendapatan sebesar Rp491,083 miliar dan PAD hanya Rp20,637 miliar, serta memiliki belanja pegawai Rp359,743 miliar atau 73 persen dari total pendapatannya.

Tidak termasuknya Sumbar dalam program koridor pembangunan nasional ini menambah permasalahan pertumbuhan ekonomi Sumbar karena sedikitnya masukan dana pembangunan dari pemerintahan pusat padahal Sumbar sangat membutuhkannya.

BUMD Sumbar sebagai salah satu sumber pendapatan daerah masih jauh dari harapan dari delapan BUMD Sumbar, empat diantaranya merugi dan belum memuaskan, yaitu PT ATS, PT Dinamika Jaya Sumbar, PT Grafika Jaya Sumbar dan PT Pembangunan Sumbar (bidang kontraktor) sedangkan dua diantaranya menguntungkan yaitu Bank Nagari dan Askrida.

Terkait daya saing ekonomi dan sumber daya daerah di Indonesia, posisi Sumbar masih rendah yakni peringkat ke-6 di Pulau Sumatera dan ke-16 di Indonesia. Daya saing Sumbar itu terdiri dari kemampuan ekonomi daerah berada pada peringkat ke-16, daya saing ketersediaan infrastruktur peringkat 14, dan daya saing iklim investasi peringkat 17 nasional (Bank Indonesia).

Sedangkan untuk daya saing kualitas sumber daya manusia, Sumbar menempati posisi 13 nasional. Dengan peringkat-peringkat tersebut maka secara keseluruhan daya saing daerah Sumbar menempati posisi ke-16 nasional.

Dalam mewujudnya infrastruktur yang layak bagi pertumbuhan ekonomi, namun akibat bencana alam di Sumatera Barat begitu banyak infrastruktur yang hancur yang menghambat pertumbuhan ekonomi.

Namun kita dikejutkan oleh pernyataan Gubernur Sumatra Barat Irwan Prayitno mengatakan, dana bantuan gempa bumi untuk pembangunan infrastruktur di Sumatra Barat sebesar Rp3 triliun dari Rp6,4 triliun menguap. Ini jelas akan memperlambat percepatan pertumbuhan ekonomi Sumbar.

Kelima, mewujudkan Lingkungan Hidup yang Berkualitas, Hijau, Asri dan Berkelanjutan.

Dalam mewujudkan perlindungan kawasan konservasi alam sesuai aturan perundangan dan terlaksananya tata kelola lingkungan yang baik dan konsisten.

Namun kita melihat pemberitaan bahwa terumbu karang di perairan Kepulauan Mentawai, Sumbar pun kian terancam karena masih digunakan masyarakat setempat untuk alternatif material bahan bangunan rumah, kata Kepala Dinas Keluatan dan Perikanan (DKP) Sumbar Ir Yosmeri.

Selain itu, hutan konservasi rusak, kawasan hutan konservasi di dua daerah Sumbar juga rusak akibat pembalakan liar dan perambahan. "Dua kawasan hutan konservasi yang rusak terdapat di Sijunjung serta Pasaman," kata Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Propinsi Sumbar, Gusril.

Telah mengakibatkan rusaknya fungsi hutan sebagai penyangga resapan air, begitu juga hilangnya kehidupan berbagai satwa dan biota dilindungi.

Masih begitu banyak kelemahan dan ketimpangan dalam pembangunan Sumatera Barat dalam setahun dalam pemerintahan Irwan-MK. Ini menjadi PR besar dalam sisa pemerintahan mereka dalam merevitalisasi semua sector pembangunan dan mengoptimalkan semua sumber daya agar tercapainya kesejahteraan masyarakat dalam mewujudkan Sumbar Madani.

*) Departemen Kebijakan Publik KAMMI Sumatera Barat